Bismillaah…
Kampanye anti terorisme audah digemakan. UU antiterorisme dibuat, berbagai cara ditempuh dengan menyedot dana yang tidak sedikit, perburuan teroris dan jaringannya terus dilakukan, namun kenapa terorisme tidak pernah habis, bahkan justru membiak ?
Kampanye anti terorisme audah digemakan. UU antiterorisme dibuat, berbagai cara ditempuh dengan menyedot dana yang tidak sedikit, perburuan teroris dan jaringannya terus dilakukan, namun kenapa terorisme tidak pernah habis, bahkan justru membiak ?
Ini karena terorisme adalah soal ideology, merasa mendapat
pembenaran dari dalil-dalil agama. Pelaku terorisme bukanlah orang gila,
hasil cuci otak, atau psikopat. “Pengamat” yang menyatakan bahwa akar
terorisme adalah kemiskinan sebagai respon dari Negara yang gagal
mensejahterakan rakyatnya, kiranya perlu belajar lebih giat dalam
memahami persoalan. Lupakah bahwa “syaikh” terorisme Usamah bin Laden
adalah berasal dari orang kaya ? Pelaku terror digambarkan sebagai orang
miskin dan berpendidikan rendah, tak lebih dari sterotip. Banyak mereka
yang tertangkap , justru berlatar belakang pendidikan tinggi.
Terorisme sejatinya berasal dari ideology khawarij, yang bibitnya sudah muncul di zaman Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam. Nenek moyang mereka, Dzul Khuwaisirah, pernah menuduh Rasulullaah shalallahu’alaihi wa salam tidak bersikap adil terhadap pembagian harta rampasan perang Hunain. Kalau rasulullaah shalallahu’alaihi wa salam saja tidak dianggap adil, padahal beliau adalah manusia yang dipercaya oleh Yang di langit, tak heran khawarij saat ini denganmeudahnya memnvonis kafir penguasa atau pemerintah sekarang.
Setelah menyalakan fitnah yang berujung dengan wafatnya sahabat Ustman dan ‘Ali radhiallhu’ahuma, para teroris khawarij akhirnya tumbuh menjadi benalu yang selalu mengusik ketenteraman umat. Islam tercoreng moreng, kemuliaanya ternodai, dan isu terorisme digunakanolah musuh-musuh islam sebagai bahan ynag menyudutkan Islam secara keseluruhan. Islam dianggap agama yang membawa kerusakan. Jihad pun dianggap sebagai ajaran kekerasan.
Perlu digarisbawahi, menentang terorisme tidak berarti kita melunturkan baju akidah kita, lantas berceloteh ala kaum liberal : menganggap semua agama benar, semua agama mengajarkan kebaikan, dsb. Yang perlu dilakukan, selain penegakan hokum, kita terus berusaha menetralisir doktrin ekstrem yang terlanjur meracuni akal sebagian pemuda kita, sehingga kita benar-benar mencabut akar tanamannya, tidak sekedar memotong duri-durinya. Pelajari dan amalkan Islam berdasarkan pemahaman orang-orang shalih terdahulu ( salafuna sholih), hiasi diri dengan akidah yang bersih dan lurus. Kembalikan istilah iman dan kafir dalam rambu-rambu syar’I yang didukung al Qur’an dan As Sunnah.
Pelaku terror boleh saja dipenjara, gembongnya bisa saja dihukum mati, dan ribuan peluru aparat boleh saja telah dimuntahkan, namun idealism terror akan terus berkeliaran, kaderisasiakan terus berjalan. Inilah bahya laten yang harus diwaspadai umat
Dikutip dari : Pengantar Redaksi, Edisi terbaru Majalah Asy Syariah vol. VIII/No.86/1433H/2012
Terorisme sejatinya berasal dari ideology khawarij, yang bibitnya sudah muncul di zaman Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam. Nenek moyang mereka, Dzul Khuwaisirah, pernah menuduh Rasulullaah shalallahu’alaihi wa salam tidak bersikap adil terhadap pembagian harta rampasan perang Hunain. Kalau rasulullaah shalallahu’alaihi wa salam saja tidak dianggap adil, padahal beliau adalah manusia yang dipercaya oleh Yang di langit, tak heran khawarij saat ini denganmeudahnya memnvonis kafir penguasa atau pemerintah sekarang.
Setelah menyalakan fitnah yang berujung dengan wafatnya sahabat Ustman dan ‘Ali radhiallhu’ahuma, para teroris khawarij akhirnya tumbuh menjadi benalu yang selalu mengusik ketenteraman umat. Islam tercoreng moreng, kemuliaanya ternodai, dan isu terorisme digunakanolah musuh-musuh islam sebagai bahan ynag menyudutkan Islam secara keseluruhan. Islam dianggap agama yang membawa kerusakan. Jihad pun dianggap sebagai ajaran kekerasan.
Perlu digarisbawahi, menentang terorisme tidak berarti kita melunturkan baju akidah kita, lantas berceloteh ala kaum liberal : menganggap semua agama benar, semua agama mengajarkan kebaikan, dsb. Yang perlu dilakukan, selain penegakan hokum, kita terus berusaha menetralisir doktrin ekstrem yang terlanjur meracuni akal sebagian pemuda kita, sehingga kita benar-benar mencabut akar tanamannya, tidak sekedar memotong duri-durinya. Pelajari dan amalkan Islam berdasarkan pemahaman orang-orang shalih terdahulu ( salafuna sholih), hiasi diri dengan akidah yang bersih dan lurus. Kembalikan istilah iman dan kafir dalam rambu-rambu syar’I yang didukung al Qur’an dan As Sunnah.
Pelaku terror boleh saja dipenjara, gembongnya bisa saja dihukum mati, dan ribuan peluru aparat boleh saja telah dimuntahkan, namun idealism terror akan terus berkeliaran, kaderisasiakan terus berjalan. Inilah bahya laten yang harus diwaspadai umat
Dikutip dari : Pengantar Redaksi, Edisi terbaru Majalah Asy Syariah vol. VIII/No.86/1433H/2012
0 komentar:
Posting Komentar