“Sungguh aku akan melihat kepada Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bagaimana beliau shalat, maka aku pun melihat ketika berdiri, beliau pun bertakbir … kemudian beliau duduk iftirasy di atas paha kirinya dan menjadikan tangannya yang kiri di atas paha dan lututnya yang kiri pula, dan meletakan ujung siku tangan kanannya di atas pahanya dan beliau pun membuat lingkaran (dengan jari tengah dan ibu jarinya) dan beliau pun mengangkat jari (telunjuknya), maka aku pun melihat beliau mengerak – gerakannya sambil berdoa dengannya …”
Hadits tersebut diriwayatkan oleh :
►Ahmad dalam Kitab al Musnad IV/318 dan telah meriwayatkan dari jalannya al Khathib al Baghdadi dalam Kitab al Fashlu lil Washlil Mudraj I/444.
►al Bukhari dalam Kitab Qurratul ‘Ainain bi Raf’il Yadain Fish Shalah hal. 27 no. 30 secara ringkas dan telah meriwayatkan dari jalannya al Khathib al Baghdadi dalam Kitab al Fashlu lil Washlil Mudraj I/445.
►Abu Dawud dalam Kitab as Sunan I/178 no. 727, Bab Raf’ul yadain fish shalah.
►an Nasai dalam Kitab as Sunan I/463 no. 888, Bab Maudhi’ul yamin minasy syimali fish shalah. Begitu pula dalam Kitab Sunanul Kubra I/256 no. 873.
►Ibnu Hibban dalam Kitab ash Shahih, sebagaimana tercantum dalam kitab al Ihsan V/170-171 no. 1860.
►Ibnu Khuzaimah dalam Kitab as Shahih I/234 no. 480 Bab Wadh’u bathni kaffil yusra rusghi was sa’id jamii’an.
►ad Darimi dalam Kitab as Sunan I/230 no. 1357.
►al Baihaqi dalam Kitab Sunanul Kubra II/189 no. 2787 Bab Man rawa annahu asyara biha wa lam yuharrik.
►ath Thabrani dalam Kitab al Mu’jamul Kabir XXII no. 82 pada hadits Kulaib bin Syihab Abu ‘Ashim al Jarami dari Waa-il bin Hujr.
►Ibnu Jarud dalam Kitab al Muntaqa no. 208 Bab Shifat shalatin Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam.
Semuanya telah meriwayatkan hadits ini dari satu jalan, yaitu dari jalan Zaa-idah bin Qudamah, dari Ashim bin Kulaib, dari ayahnya (Abu Ashim), dari Waa-il bin Hujr.
[Hadits ini memiliki sebuah syahid (pendukung), dari Umar bin al Khaththab radhiyallaHu ‘anHu, ia berkata,
“Aku melihat Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam berdoa seperti ini dan Syuraih pun membentangkan telapak tangannya yang kiri dan ia berkata, ‘Dengan menggerakkan jari telunjuknya yang kanan’” (HR. Ibnu Adi dalam Kitab al Kaamil fidh Dhu’afa VI/267)
"(Gerakan jari telunjuk)lebih keras(dirasakan)setan daripada(pukulan)besi(HR.Ahmad)
"Sebagian Sahabat Nabi Shalallahualaihi wasalam yg tdk mengetahui perbuatan ini meniru perbuatan sahabat yg mmengetahuinya,yaitu menggerakkan telunjuknya sambil mengucapkan doa(HR.Ibnu abi Syaibah dgn sanad Hasan)
“Siapakah di antara dua orang yang lebih utama dalam ilmu hadits?”
Beliau menjawab:
“Ali Hasan al-Halabi dan Abu Ishaq al-Huwaini.” (Shafahat hal. 52. Lihat Biografi Syaikh Al-Albani Mujaddid dan Ahli Hadits Abad ini)
Sifat Gerakan Telunjuk Ketika Tasyahhud
(Oleh: Syaikh al-Muhaddits Abu Ishaq al-Huwaini)
TRANSKRIP :
Tahrîk al-Ishba’ (menggerakkan jari telunjuk) sebagaimana yang ditunjukkan oleh guru kami al-Albânî rahimahullâhu. Saya pernah sholat di samping beliau pada suatu hari, lalu aku menggerakkan jari (telunjukku) seperti ini. Saya melakukannya seperti ini (yaitu menaikturunkan jari telunjuk. Lihat video pada detik 0:18-0:20, pen). Lalu, setelah kami selesai sholat, beliau (Syaikh al-Albânî) berkata kepadaku :
هل قرأت شيئا يوفق هذه الحركة؟
“Apakah Anda pernah membaca sesuatu yang mendukung gerakan seperti ini?”
Subhânallôh. Saya benar-benar terkesan dengan adab (etika) syaikh rahimahullôhu terhadapku. Beliau tidak dengan serta merta mengkritik diriku atau perkataanku, (dengan mengatakan) “apa yang kamu lakukan?”… tidak!!! Namun beliau bertanya kepadaku, apakah saya memiliki sandaran/dasar di dalam melakukan gerakan seperti ini (yaitu naik dan turun).
Saya mengatakan: “Tidak, hanya saja saya pernah membacanya di dalam buku Anda, Shifat Sholâh an-Nabî, bahwa Nabi Shallâllâhu ‘alaihi wa Sallam biasa menggerakkan (jari telunjuknya), maka saya pun turut menggerakkan (jari telunjukku).”
Beliau (Syaikh al-Albânî) mengatakan: “Tidak, hal ini (gerakan yang Anda lakukan) namanya bukanlah tahrîk (menggerakkan jari telunjuk) namun namanya adalah al-Khafdh war Raf’u (mengangkat dan menurunkan jari telunjuk).”
"Namanya apa?"
"Namanya adalah al-Khafdh war Raf’u."
Lantas saya bertanya: “Bagaimana cara saya menggerakkannya wahai guru kami?”
Beliau menjawab: “Beginilah caranya”, yaitu beliau meletakkan jarinya di atas lutut dan mengarahkan jari telunjuknya ke arah kiblat, seperti ini (lihat menit 1:04, pen) lalu beliau menggerakkan jari (telunjuknya) secara kuat di tempatnya (harokatan syadidatan fî makânihi). Bukan menggerakkannya naik turun sehingga berpaling dari kiblat. Namun, (lakukanlah) seperti ini (lihat menit ke 1:11-1:14), jari telunjuk mengarah ke kiblat lalu gerakkan secara kuat seperti ini (lihat menit ke 1:14-1:17).
Beginilah sifat tahrîk (menggerakkan) jari telunjuk sebagaimana yang pernah saya lihat dari guru kami, al-Albânî rahmatullâhu ‘alaihi.
Video Cara Menggerakkan Jari Telunjuk Ketika Tasyahhud (oleh Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini): http://www.facebook.com/
0 komentar:
Posting Komentar