Pada acara harlahnya (hari ulang tahunnya) yang ke 85, salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia mengumumkan tentang dibentuknya sebuah Detasemen Khusus (Densus) yang mereka namai Densus 99. Densus ini merupakan badan yang dibawahi oleh Banser yang merupakan salah satu pasukan pengaman oraganisasi ini. Angka 99 itu mereka ambil dari mengambil nama jumlah asmaul husna berjumlah 99 untuk menjaga keamanan masyarakat dari teror kelompok garis keras yang akhir-akhir ini marak terjadi di Indonesia dan untuk mengabdikan diri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam mencegah aksi terorisme.
Di acara harlah yang diselenggarakan di
Glora Bung Karno itu, mereka menampilkan sebuah atraksi pertunjukan
kebal dari petasan. Pada sekujur tubuh empat personel Densus 99
dililitkan rentengan ratusan petasan. Personel yang mengenakan kaos
bertuliskan ‘Densus 99’ di punggungnya, bercelana hijau dan menyematkan
slayer di kepalanya itu terlihat berdoa komat-kamit sebelum memamerkan
ilmu kebalnya. Lalu duar… duarr… duarr, petasan di tubuh keempat pria
itu pun meledak.
Sampai petasan terakhir meledak,
keempatnya terlihat baik-baik saja, tidak ada luka sedikitpun di tubuh
maupun baju yang terbakar. Aksi ini mendapat tepuk tangan orang-orang
yang hadir.
Untuk mendapatkan kesaktian ilmu kebal itu, para personel Densus 99 diwajibkan puasa 30-40 hari sebagai upaya melatih kekebalan.
Itu adalah sekelumit kejadian yang
menggambarkan kepada kita tentang adanya kaum muslimin yang memiliki
sebuah ilmu yang dinamakan dengan ilmu kebal. Banyak atraksi yang
mempertontonkan aksi unjuk ilmu kebal. Ada yang mempertontonkan atraksi
kebal terhadap bacokan senjata tajam, tusukan pisau, pedang dan
semacamnya; ada yang kebal terhadap tembakan peluru; dan berita di atas
menunjukkan kepada kita adanya ilmu kebal terhadap ledakan.
Beragam Cara Untuk Mendapatkan Ilmu Kebal
Di Indonesia ini yang merupakan negeri
yang subur akan perklenikan, ada banyak praktisi yang menawarkan ilmu
kebal ini. Adapun tatacara atau metode untuk mendapatkannya bisa
bermacam-macam tergantung dari praktisi tersebut.
Tersebutlah Kiai Salik, seorang guru
kekebalan. Hanya dengan komat-kamit membaca mantra, Salik dikabarkan
mampu menyetrum manusia dengan kesaktian. Hasilnya, dalam sekejap,
seseorang jadi superman. Pedang setajam apa juga tak akan mampu merobek
kulit. Pelor pun hanya mampu menyentuh dan lantas mental jatuh ke tanah.
Sedang panas api membara tak berdaya menghanguskan mereka yang sudah
ditulari ilmu. Syarat-syaratnya pun ditanggung ringan. Cukup datang dan
berminat.
Salik buka praktek seperti dokter.
Pasiennya mengalir setiap hari. Bisnis “mengisi” agar orang jadi kebal
itu telah mengangkat hidup Salik. Kini ia tak perlu lagi bertani dan
berdagang untuk mengasapi dapurnya. Biasanya, sebelum mantra sakti
dibisikkan, pasien yang datang kepada Salik terlebih dahulu melewati
serangkaian upacara sederhana. Para langganan harus duduk di atas golok
yang diletakkan di atas sajadah. Tapi sebelum itu tidak boleh lupa
meletakkan duit di dekat golok. Besarnya lebih dari Rp 10 ribu. “Duit itu memang bagian dari upacara pengisian kekebalan,”
kata Salik. Sebelum dikerudungi kain putih, “calon orang kebal” harus
minum sebagian dari segelas air putih yang ditaburi sejumput ketan
hitam. Sisanya dibasuhkan ke sekujur tubuh. Sembari memegang kepala
pasien, Kiai Salik baru membacakan mantra saktinya. Maka, selesai
rangkaian prosesi itu.
Di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa
Tengah, ada Sunarwi juga pasang tawaran ilmu. Namun, menularkan kiat
kekebalan Sunarwi lebih berat dibanding Salik. Muridnya untuk
mendapatkan kekebalan diwajibkan mengadakan kenduri opor ayam dan nasi
putih. Ayamnya jago putih mulus, berasnya empat kilogram. Bila jatuh
tepat 1 Syuro, murid-murid Sunarwi wajib mandi di sungai sebatas dada,
tepat pada jam 24.00. Mereka juga kudu menyelam sebanyak 49 kali.
Entahlah, apa makna angka-angka itu. Yang jelas, setiap malam Jumat,
murid Sunarwi harus keluar rumah, tepat jam 24.00. Menghadap ke arah
timur, untuk bersemadi meminta ampun kepada Allah. Barulah Sunarwi
memberi jimat yang berbau kearab-araban.
Ilmu Kebal dalam perspektif Islam
Seorang muslim hendaknya mengembalikan setiap permasalahan dan problematika kehidupannya kepada Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam,
yakni dengan mengembalikannya kepada hukum-hukum Islam yang berasaskan
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Sehingga jelas hukum dan jawaban
dari permasalahan tersebut. Termasuk juga mengembalikan permasalahan
ilmu kebal ini kepada Islam itu sendiri.
Berbagai ritual diadakan untuk
mendapatkan ilmu kebal tersebut. Pada kisah yang pertama, disebutkan
bahwa untuk mendapatkan ilmu kebal tersebut, mereka diwajibkan
menjalankan ritual puasa selama 30-40 hari. Secara sekilas, nampaknya
ritual yang dilakukan adalah ritual yang syar’i, yakni berpuasa. Tapi
betulkah seperti itu? Ternyata tidak. Cobalah periksa lebih lanjut, maka
akan timbul beberapa pertanyaan berkenaan ritual yang dilakukan untuk
mendapatkan ilmu kebal ini, yakni:
Adakah puasa yang lebih banyak dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
yang diajarkan oleh beliau kepada umatnya melebihi banyaknya puasa di
bulan Ramadhan, yakni selama 29 atau 30 hari (satu bulan penuh)? Setelah
kita menilik hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam,
tidak kita jumpai beliau berpuasa lebih banyak dari bilangan di bulan
Ramadhan. Akan tetapi coba perhatikan bilangan puasa yang ditentukan
oleh manusia-manusia sakti ini! Untuk mendapatkan ilmu kebal, mereka
diwajibkan berpuasa selama 30-40 hari! Allaahulmusta’an.
Kemudian, hal lain yang perlu kita
cermati adalah para manusia sakti tersebut diwajibkan berpuasa selama
30-40 hari untuk memperoleh kesaktian berupa ilmu kebal ini. Apakah
mereka memiliki Tuhan selain Allah ta’ala yang mewajibkan puasa
untuk mendapatkan ilmu kebal? Atau apakah mereka memiliki Nabi dan
Rasul yang lain selain Rasulullah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam
yang mensyari’atkan puasa untuk memperoleh ilmu kebal? Jika mereka
jawab tidak, lalu siapa yang mewajibkan dan mensyari’atkan mereka untuk
berpuasa selama 30-40 hari untuk memperoleh ilmu kebal?
Puasa yang diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam
hanya ada tiga, yakni puasa wajib di bulan Ramadhan, puasa nadzar dan
puasa qadha` untuk membayar hutang puasa. Selain dari tiga puasa itu
tidaklah wajib hukumnya. Maka, dari mana mereka bisa mewajibkan sesuatu
yang tidak diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya?
Allah ta’ala memperingatkan kita agar tidak mengikuti selain apa yang Dia turunkan. Allah ta’ala berfirman,
اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُمْ مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti selain itu.” (QS. Al-A’raf: 3)
Allah ta’ala memerintahkan kepada kita untuk mengikuti apa yang datang dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman,
وَمَا ءَاتٰكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهٰكُمْ عَنْهُ فَانتَهُواْ
“Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
pun telah memberitahukan kepada kita bilangan bulan dalam Islam, yakni
terkadang 29 hari, terkadang 30 hari. Termasuk juga bilangan hari di
bulan Ramadhan adalah 29 atau 30 hari. Dan bilangan inilah bilangan
puasa di bulan Ramadhan yang mana pada bulan tersebut kita diperintahkan
untuk berpuasa selama satu bulan penuh, yakni 29 atau 30 hari. Lalu
bagaimana mungkin para pendekar sakti itu diwajibkan berpuasa 30 bahkan
sampai 40 hari untuk memperoleh ilmu kebal?
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa
puasa untuk mendapatkan ilmu kebal seperti itu bukanlah ajaran Islam.
Dahulu, ketika saya masih berada di lingkungan Nahdhiyin, saya pernah
mengikuti sebuah perguruan bela diri “Pagar Nusa”. Saat itu sampailah
saya mempelajari tenaga dalam. Sebelum latihan tenaga dalam itu, ada
beberapa bacaan yang saya dan teman-teman saya harus baca. Di antara
bacaan itu adalah ayat-ayat mu’awidzatain (Al-Falaq dan
An-Naas) dan beberapa bacaan lainnya yang juga berasal dari Al-Qur’an.
Maka, bacaan-bacaan itulah yang harus dibaca setiap kali mengeluarkan
jurus tenaga dalam tersebut. Setelah membaca bacaan-bacaan itu, kami pun
melakukan gerakan-gerakan bela diri dengan mengolah pernapasan.
Terkadang kami disuruh untuk menarik napas panjang-panjang, menahannya
dan mengeluarkannya. Maka, ketika kami menghentakkan tangan kanan ke
depan sebagai tanda memukul, maka lawan yang berada di depan kami
terhempas ke belakang tanpa harus menyentuh lawan tersebut.
Saya tidak ragu lagi bahwa
kekuatan-kekuatan tersebut didapatkan dengan melibatkan bantuan jin.
Meskipun mendapatkan kekuatan itu dengan mengamalkan amalan-amalan yang
diklaim sebagai amalan yang Islami. Akan tetapi setelah kita telisik
lebih jauh, ternyata amalan-amalan tersebut tidak diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya. Sementara, kita dilarang meminta tolong kepada jin
untuk mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Allah ta’ala berfirman,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan bahwasanya ada beberapa
orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa
laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan.” (QS. Al-Jin: 6)
Melihat Kembali Kepada Generasi Terbaik
Menilik kembali sejarah Islam dari
generasi Islam yang terbaik, atau melihat kembali sejarah para Nabi dan
Rasul, kita akan mendapati suatu kenyataan bahwa tidak ada satupun dari
generasi terbaik tersebut yang pernah mempelajari ilmu kebal. Padahal
mereka adalah generasi yang telah dipuji oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Tilik saja berbagai peristiwa peperangan yang telah dilalui oleh
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam
dan para sahabatnya bukanlah orang-orang yang kebal bacok, atau kebal
sayatan pedang. Mereka juga terluka bahkan sebagian sahabat gugur
sebagai syahid di medan perang. Ini menunjukkan bahwa ilmu kebal
bukanlah ilmu yang diturunkan dari para Nabi dan Rasul, tidak juga
berasal dari generasi salaf yang shalih.
Bacalah kembali sirah para Nabi dan Rasul. Bacalah sirah Nabi Zakariyah ‘alaihissalaam.
Beliau wafat dalam keadaan digergaji oleh kaum beliau yang membangkang.
Padahal, kalaulah hal itu diperbolehkan, beliau akan meminta bantuan
jin untuk memperoleh ilmu kebal dengan melakukan ritual-ritual di atas
agar tidak mempan dibacok.
Demikian juga bagaimana perjuangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
telah patah gigi beliau dalam peperangan atau bagaimana beliau
dilempari batu oleh penduduk Tha`if. Lihat juga bagaimana perjuangan
para sahabat radhiyallaahu ‘anhum dalam berbagai peperangan! Lihatlah para sahabat radhiyallaahu ‘anhum yang gugur di medan perang!
Kenapa mereka semua tidak menggunakan
ilmu kebal? Karena mereka tahu bahwa ilmu kebal seperti itu bukanlah
ilmu yang berasal dari ajaran Islam yang benar dan melibatkan bantuan
jin. Kalaupun ada, hal itu adalah karamah yang telah Allah ta’ala
karuniakan kepada mereka yang lurus aqidahnya. Para mujahidin juga
tidak menang tidak menang berjihad melawan orang kafir karena ilmu
kebal, atau karena diisi atau dengan mengamalkan amalan tertentu, atau
karena rajah atau diberikan amalan tertentu. Mereka menang karena semata
pertolongan Allah.
Satu-satunya Nabi dan Rasul yang
diberikan mukjizat yang diberikan wewenang dan kekuasaan untuk
memanfaatkan kekuatan jin hanyalah Nabi Sulaiman ‘alaihissalaam. Hanya
beliaulah satu-satunya manusia yang diberikan wewenang itu. Setelah
beliau, para nabi yang lain tidak diberikan wewenang itu. Para Nabi itu
diperintahkan untuk berjuang dengan segala resiko fisik, bahkan resiko
kematian. Dan betapa banyak Nabi dan Rasul wafat dibunuh oleh para
pembangkang.
Dengan demikian, kita tahu bahwa ilmu
kebal bukanlah ajaran Islam. Ilmu kebal yang didapatkan dengan melakukan
berbagai ritual tidak lain dengan melibatkan bantuan jin yang mana
meminta bantuan jin dalam hal seperti ini hukumnya haram. Allaahua’lam bish-shawaab.
Ditulis oleh Abu Shofiyah Aqil Azizi
sumber: http://catatanaqilazizi.wordpress.com/2011/08/08/menilik-ilmu-kebal/
0 komentar:
Posting Komentar